Jumat, 10 April 2015

"ANDAI KUBERIKAN SEMUANYA "


( sebuah penyesalan yg indah )

Seperti biasa ketika hari Jum"at tiba kaum lelaki berbondong-bondong menunaikan ibadah Sholat Jum"at ke Mesjid, ketika ada seorang Sahabat sedang bergegas ke Mesjid di tengah jalan berjumpa dengan seorang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntunya, lalu Sahabat ini dengan sabar dan penuh kasih membingbingnya hingga tiba di mesjid

Pada hari yang lain ketika waktu menjelang Shubuh dengan cuaca yang amat dingin, Sahabat tersebut hendak melaksanakan Jama"ah Sholat Subuh ke Mesjid, tiba-tiba ditengah jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil hampir mati kedinginan, kebetulan Sahabat tersebut membawa dua mantel, maka ia pun mencopot mantelnya yang lama untuk diberikan kepada lelaki tua tersebut dan mantelnya yang baru tetap ia pakai.

Pernah juga suatu ketika Sahabat tersebut pulang ke rumah dalam keadaan sangat lapar, kemudian sang istri menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging, namun tiba-tiba ketika hendak memakan roti yang sudah siap santap untuk dimakan tadi datanglah seorang musafir yang sangat kelaparan mengetuk pintu meminta makan, akhirnya roti yang hendak beliau makan tadi dipotong menjadi dua bagian.

Maka ketika Sahabat tersebut wafat, Rasulullah Muhammad SAW datang, seperti yang telah biasa dilakukan beliau ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rasulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rasulullah berkata,” Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”

Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yg tersengal-sengal menjelang ajal” “Apa yg di katakannya?” “saya tidak tahu, ya Rasulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum wafat, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."

“Bagaimana bunyinya?” desak Rasulullah.

Istri yg setia itu menjawab, “suami saya mengatakan “Andaikata lebih panjang lagi… Andaikata yang masih baru.. Andaikata semuanya…”

Hanya itulah yg tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan2 itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan2 yg tidak selesai?”

Rasulullah tersenyum.”sungguh yg diucapkan suamimu itu tidak keliru,”ujarnya.

Jadi begini. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan sholat jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa degan orang buta yg bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.

Maka suamimu yg membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan betapa luar biasanya pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”. Maksud suamimu, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar lagi.
Ucapan lainnya ya Rasulullah?” tanya sang istri mulai tertarik.

Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yg tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.
Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yg dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepad lelaki tersebut. & mantelnya yang baru lalu dikenakannya.

Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal & berkata, “Coba andaikan yg masih baru yg kuberikan kpdnya dan bukan mantelku yg lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”.Itulah yg dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yg ketiga, apa maksudnya, ya Rasulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu.

Degan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan ? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba2 seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan.

Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepad musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘ kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.

Sabahatku, coba kita lihat apa kata Al-Qur’an :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri & jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”. (Al-Isra:7)
Unknown Web Developer